Windy mendadak jadi pengkhayal semenjak Dani masuk dalam
kehidupannya, dan terus memberi mimpi-mimpi baru dalam masa depannya. Seketika
Windy bisa jadi penggalau dengan wajah penuh kecemasan menunggu sapaan walau
hanya berupa pesan singkat. Seketika pula ia berubah menjadi gadis paling
bahagia ketika dilayar ponselnya tertulis sapaan dari pria yang bernama Dani.
Windy mengenalnya, tapi jarak memaksa mereka untuk memendam keinginan untuk
bertemu. Waktu telah memisahkan mereka hingga akhirnya mereka kembali
dipertemukan walau hanya dalam dunia yang semu. Windy tak keberatan akan itu,
meski tak bertemu kian lama sapaan lembut Dani, kedewasaan yang selalu
menenangkannya lewat perbincangan penuh canda meski hanya lewat udara, tapi
Windy merasakannya. Merasakan kehangatan yang mengaliri setiap aliran darah
nya, kedamaian yang tak pernah ia dapat dari pria lain.
Semakin lama itu
menjadi candu untuk windy, meski tak setiap hari Dani meneleponnya tapi Windy
tak pernah mengeluh, ia menikmati setiap prosesnya. Bahkan ketika seharian
penuh Dani tak memberi kabar, Windy tetap bersabar menanti meski terkadang
hatinya dipenuhi prasangka yang membuat batinnya terkadang ingin berhenti.
Namun, sapaan yang lembut dikeesokan harinya menjadi obat tersendiri untuknya. Bagaimana
tidak, hanya sekedar kata “hai” saja sudah bisa menenggelemkan windy dalam mimpi-mimpi
indah yang kian hari terus hadir dalam setiap tidurnya. Meski lama tak bertemu masih
terekam jelas sosok Dani dibenaknya, caranya berjalan, caranya tersenyum,
semuanya menjadi sebuah keutuhan yang tak pernah akan ia lupakan sampai waktu
mempertemukan mereka kembali.
Dikala doanya Windy tak pernah henti melafalkan setiap kata
demi kata yang terselip nama Dani didalamnya. Windy selalu berharap suatu saat
nanti penantiannya berbuah manis, menjadikan semua mimpinya menjadi nyata. Mungkin
ini terdengar lucu bagi sebagian orang yang tak mengenal apa arti dari sebuah
penantian, tapi tidak bagi Windy tak pernah ada keraguan dalam hatinya untuk
tetap bertahan dalam kerinduan akan calon imam nya kelak. Meski Dani tak pernah
berucap cinta, tapi Windy yakin hati mereka telah terpatri dalam satu tujuan
yang kelak akan menjadi nyata. Tak perlu kata cinta untuknya, Windy hanya butuh
pembuktian akan kemantapan hatinya untuk berhenti di satu nama yaitu Dani.
Butuh waktu untuk menjalani setiap proses menuju kebahagian yang kelak akan ia
temukan dari sosok lelaki yang tak pernah henti ia kagumi.
Meski harus diam dalam kerinduan yang kian hari kian
memuncak, meski harus berdiam dalam perasaan yang tak menentu, Windy tak pernah
peduli, seberapa lama pun itu ia akan tetap berdiri pada satu hati, pada satu
nama yang telah terangkai rapi dihatinya. Ini bukan tentang perkara cinta atau
tidak cinta, tapi tentang penantian yang tak pernah mengenal batasan, tentang
menjaga kesucian dalam diam dan pengharapan.
Sayang, meski ini tak mudah aku tahu jalanmu menujuku.
Sayang, meski ini semu aku tahu hatiku yang kau tuju.
Sayang, meski hanya perbincangan lewat udara, aku tahu
hatimu telah disini.
Sayang, teruslah berjalan, hingga kau menemukan jalanmu
pulang, disini, dihatiku.
Teruntuk calon imamku.