PENGHARAPAN

Senin, 07 Juli 2014
Windy mendadak jadi pengkhayal semenjak Dani masuk dalam kehidupannya, dan terus memberi mimpi-mimpi baru dalam masa depannya. Seketika Windy bisa jadi penggalau dengan wajah penuh kecemasan menunggu sapaan walau hanya berupa pesan singkat. Seketika pula ia berubah menjadi gadis paling bahagia ketika dilayar ponselnya tertulis sapaan dari pria yang bernama Dani. Windy mengenalnya, tapi jarak memaksa mereka untuk memendam keinginan untuk bertemu. Waktu telah memisahkan mereka hingga akhirnya mereka kembali dipertemukan walau hanya dalam dunia yang semu. Windy tak keberatan akan itu, meski tak bertemu kian lama sapaan lembut Dani, kedewasaan yang selalu menenangkannya lewat perbincangan penuh canda meski hanya lewat udara, tapi Windy merasakannya. Merasakan kehangatan yang mengaliri setiap aliran darah nya, kedamaian yang tak pernah ia dapat dari pria lain. 

Semakin lama itu menjadi candu untuk windy, meski tak setiap hari Dani meneleponnya tapi Windy tak pernah mengeluh, ia menikmati setiap prosesnya. Bahkan ketika seharian penuh Dani tak memberi kabar, Windy tetap bersabar menanti meski terkadang hatinya dipenuhi prasangka yang membuat batinnya terkadang ingin berhenti. Namun, sapaan yang lembut dikeesokan harinya menjadi obat tersendiri untuknya. Bagaimana tidak, hanya sekedar kata “hai” saja sudah bisa menenggelemkan windy dalam mimpi-mimpi indah yang kian hari terus hadir dalam setiap tidurnya. Meski lama tak bertemu masih terekam jelas sosok Dani dibenaknya, caranya berjalan, caranya tersenyum, semuanya menjadi sebuah keutuhan yang tak pernah akan ia lupakan sampai waktu mempertemukan mereka kembali.

Dikala doanya Windy tak pernah henti melafalkan setiap kata demi kata yang terselip nama Dani didalamnya. Windy selalu berharap suatu saat nanti penantiannya berbuah manis, menjadikan semua mimpinya menjadi nyata. Mungkin ini terdengar lucu bagi sebagian orang yang tak mengenal apa arti dari sebuah penantian, tapi tidak bagi Windy tak pernah ada keraguan dalam hatinya untuk tetap bertahan dalam kerinduan akan calon imam nya kelak. Meski Dani tak pernah berucap cinta, tapi Windy yakin hati mereka telah terpatri dalam satu tujuan yang kelak akan menjadi nyata. Tak perlu kata cinta untuknya, Windy hanya butuh pembuktian akan kemantapan hatinya untuk berhenti di satu nama yaitu Dani. Butuh waktu untuk menjalani setiap proses menuju kebahagian yang kelak akan ia temukan dari sosok lelaki yang tak pernah henti ia kagumi.

Meski harus diam dalam kerinduan yang kian hari kian memuncak, meski harus berdiam dalam perasaan yang tak menentu, Windy tak pernah peduli, seberapa lama pun itu ia akan tetap berdiri pada satu hati, pada satu nama yang telah terangkai rapi dihatinya. Ini bukan tentang perkara cinta atau tidak cinta, tapi tentang penantian yang tak pernah mengenal batasan, tentang menjaga kesucian dalam diam dan pengharapan.

Sayang, meski ini tak mudah aku tahu jalanmu menujuku.
Sayang, meski ini semu aku tahu hatiku yang kau tuju.
Sayang, meski hanya perbincangan lewat udara, aku tahu hatimu telah disini.
Sayang, teruslah berjalan, hingga kau menemukan jalanmu pulang, disini, dihatiku.
Teruntuk calon imamku.


Read more ...

Senin, 07 Juli 2014

PENGHARAPAN

Windy mendadak jadi pengkhayal semenjak Dani masuk dalam kehidupannya, dan terus memberi mimpi-mimpi baru dalam masa depannya. Seketika Windy bisa jadi penggalau dengan wajah penuh kecemasan menunggu sapaan walau hanya berupa pesan singkat. Seketika pula ia berubah menjadi gadis paling bahagia ketika dilayar ponselnya tertulis sapaan dari pria yang bernama Dani. Windy mengenalnya, tapi jarak memaksa mereka untuk memendam keinginan untuk bertemu. Waktu telah memisahkan mereka hingga akhirnya mereka kembali dipertemukan walau hanya dalam dunia yang semu. Windy tak keberatan akan itu, meski tak bertemu kian lama sapaan lembut Dani, kedewasaan yang selalu menenangkannya lewat perbincangan penuh canda meski hanya lewat udara, tapi Windy merasakannya. Merasakan kehangatan yang mengaliri setiap aliran darah nya, kedamaian yang tak pernah ia dapat dari pria lain. 

Semakin lama itu menjadi candu untuk windy, meski tak setiap hari Dani meneleponnya tapi Windy tak pernah mengeluh, ia menikmati setiap prosesnya. Bahkan ketika seharian penuh Dani tak memberi kabar, Windy tetap bersabar menanti meski terkadang hatinya dipenuhi prasangka yang membuat batinnya terkadang ingin berhenti. Namun, sapaan yang lembut dikeesokan harinya menjadi obat tersendiri untuknya. Bagaimana tidak, hanya sekedar kata “hai” saja sudah bisa menenggelemkan windy dalam mimpi-mimpi indah yang kian hari terus hadir dalam setiap tidurnya. Meski lama tak bertemu masih terekam jelas sosok Dani dibenaknya, caranya berjalan, caranya tersenyum, semuanya menjadi sebuah keutuhan yang tak pernah akan ia lupakan sampai waktu mempertemukan mereka kembali.

Dikala doanya Windy tak pernah henti melafalkan setiap kata demi kata yang terselip nama Dani didalamnya. Windy selalu berharap suatu saat nanti penantiannya berbuah manis, menjadikan semua mimpinya menjadi nyata. Mungkin ini terdengar lucu bagi sebagian orang yang tak mengenal apa arti dari sebuah penantian, tapi tidak bagi Windy tak pernah ada keraguan dalam hatinya untuk tetap bertahan dalam kerinduan akan calon imam nya kelak. Meski Dani tak pernah berucap cinta, tapi Windy yakin hati mereka telah terpatri dalam satu tujuan yang kelak akan menjadi nyata. Tak perlu kata cinta untuknya, Windy hanya butuh pembuktian akan kemantapan hatinya untuk berhenti di satu nama yaitu Dani. Butuh waktu untuk menjalani setiap proses menuju kebahagian yang kelak akan ia temukan dari sosok lelaki yang tak pernah henti ia kagumi.

Meski harus diam dalam kerinduan yang kian hari kian memuncak, meski harus berdiam dalam perasaan yang tak menentu, Windy tak pernah peduli, seberapa lama pun itu ia akan tetap berdiri pada satu hati, pada satu nama yang telah terangkai rapi dihatinya. Ini bukan tentang perkara cinta atau tidak cinta, tapi tentang penantian yang tak pernah mengenal batasan, tentang menjaga kesucian dalam diam dan pengharapan.

Sayang, meski ini tak mudah aku tahu jalanmu menujuku.
Sayang, meski ini semu aku tahu hatiku yang kau tuju.
Sayang, meski hanya perbincangan lewat udara, aku tahu hatimu telah disini.
Sayang, teruslah berjalan, hingga kau menemukan jalanmu pulang, disini, dihatiku.
Teruntuk calon imamku.