PERSEMBAHAN DARI KRUI ( PASIR PUTIH HINGGA PANTAI PRIBADI )

Senin, 25 Agustus 2014
Andai saja aku bisa lebih lama..
Aku ingin semua tetap sama...
Tetap indah dan alami tanpa ada yang dikurangi..

Entah sejak kapan senja menjadi pemandangan paling dinanti buat saya pribadi. Melihat senja dipinggir pantai itu menjadi hal yang sangat saya suka mungkin buat teman-teman yang lain juga sama. Siapa yang tidak suka ketika mata dimanjakan oleh indahnya pesona pantai dihiasi semburat merah ketika petang menjelang semuanya terlihat sempurna sangat mempesona. Setahun yang lalu saya berkesempatan menginjakkan kaki ditempat kelahiran kedua orang tua saya, kebetulan keduanya berasal dari daerah yang sama, yaitu Kabupaten Krui, Lampung Barat.

Selamat Datang Di Provinsi Lampung

Dimana Krui?

Apa teman-teman pernah dengar nama Kabupaten Krui?, Kabupaten Krui terletak di Provinsi Lampung Barat, karena letak geografisnya yang ada dipesisir barat Provinsi Lampung membuat Krui terkenal dengan wisata pantainya. Meski tidak begitu tersohor seperti Pantai-pantai yang ada di Bali, Lombok, atau Bangka Belitung, tapi saya yakin pantai-pantai di Krui tidak kalah cantik. Ombaknya yg bagus membuat Krui banyak disinggahi wisatawan Lokal maupun Asing untuk berselancar atau surfing disana. Bulan Agustus tahun lalu saya berkesempatan liburan bersama keluarga saya di Krui sambil mengerjakan sebuah pekerjaan dinas yang belum terselesaikan (lupakan pekerjaan itu) hehe kita fokus pada liburannya saja. Untuk sampai di Kabupaten Krui sangat mudah kok, memang membutuhkan waktu cukup lama untuk sampai disana, karena kita menggunakan jalur darat dan laut. Sebenarnya ada sih pesawat ke Lampung, tapi untuk sampai ke Kabupaten Krui harus menempuh perjalanan yang masih jauh juga, lebih baik naik kendaraan darat saja. Waktu itu saya bersama keluarga naik kendaraan Bus dari Terminal Kampung Rambutan Jakarta, ada Bus khusus yang menuju kesana Bus Krui Putra namanya, itu bus langsung menuju Krui jadi teman-teman cukup duduk manis menikmati perjalanan tanpa perlu pindah-pindah kendaraan lain, tarif Bus AC hanya sekitar 150 ribu dan sudah termasuk tiket Kapal Laut. Memerlukan waktu sekita empat jam dari Terminal Kampung Rambutan kita sudah sampai di Pelabuhan Merak Banten untuk menumpang Kapal Laut sekitar tiga hingga empat jam menuju Pelabuhan Bakauheni Lampung. Setelah itu dilanjutkan lagi menggunakan jalur darat menuju Kabupaten Krui yang memakan waktu sekitar delapan hingga sepuluh jam perjalanan. Kali ini saya ingin mengajak teman-teman untuk melihat indahnya pantai di Krui dan sekaligus memperkenalkan Krui kampung halaman kedua orang tua saya pada teman-teman semua.

Pantai Labuhan Jukung

Saya beserta keluarga sampai di Krui tepat pukul lima subuh, tepatnya di Desa Gunung Kemala. Setelah beristirahat, pada sore harinya saya menyempatkan untuk jalan-jalan ke Pantai Labuhan Jukung. Ini pantai yang paling populer di Krui, ombaknya yang tidak terlalu besar membuat banyak orang menghabiskan waktu disini. Saya ingat betul ketika tahun 2010 lalu, saya bertemu seorang pengusaha muda yang berasal dari Bandar Lampung, kami bercerita bayak tentang Krui, ia sangat memuji keindahan Pantai Labuhan Jukung yang menurutnya masih sangat indah dan alami.

Selamat Datang Di Pantai Labuhan Jukung
                             
Dengan ditemani oleh beberapa sepupu saya yang diantaranya masih kecil, saya bersama adik saya sangat bersemangat. Meski sudah banyak yang berubah,tapi Pantainya masih terjaga dengan baik, terlihat Penginapan-penginapan didirikan dipinggiran jalan menuju ke Pantai, geliat perkembangan wisata sudah mulai terlihat. Nampaknya Pemda Kabupaten Krui mulai menyadari bahwa pantai-pantai yang ada di Krui adalah aset yang sangat perlu dikembangkan. Ini kesekian kalinya Labuhan Jukung mebuat saya takjub, kebetulan ketika itu sedang tidak musim liburan, pantai terlihat sepi dan sangat tenang.

Deburan ombak menyapa kami, pasirnya yang putih berkilauan terkena sinar matahari, langitnya yang biru menambah indah pemandangan sore itu. Jajaran perahu-perahu nelayan berbaris rapi, menunggu tuannya untuk pergi mencari ikan. Mayoritas penduduk dipinggiran pantai adalah nelayan, setiap pagi mereka menjual hasil tangkapannya dipasar ataupun menjajakannya langsung kerumah-rumah penduduk menggunakan sepeda atau sepeda motor. Nampak sebuah perahu bersandar tepat dibelakang kami.

Pasir Putihnya Yang Begitu Bersih dan Halus

Airnyaa Jernih Banget Kan

Gedean Orangnya daripada Perahunya :p
Semuanya bersenang-senang bersama, menikmati jernihnya air laut yang kebetulan sedang surut, batu-batu karang yang biasanya ditutupi air terlihat dengan jelas. Beberapa penghuni dasar laut terlihat ddidasar air, kerang, bintang laut, rumput laut, semuanya terlihat dengan jelas. Saya sibuk memotret sampai adik sepupu saya menarik tangan saya untuk segera bergabung bersama mereka menikmati segarnya air laut.

Airnyaaa Sugerrrrr

Narsis Tiada Tara

Smile..Smile..Smile

Hari sudah semakin sore, air pun sudah mulai pasang kami memutuskan untuk segera pulang, tapi saya masih belum ingin beranjak pergi menunggu matahari tenggelam sore itu, untuk kesekian kalinya ingin menikmati sunset Pantai Labuhan Jukung. Beberapa menit kemudian langit mulai gelap nampak matahari tenggelam di ufuk timur, cahaya merah mulai menghiasi langit Pantai Labuhan Jukung Petang itu, semuanya sempurna sudah, indah, indah, dan indah.


Akhirnya Matahari Tenggelam dengan Indah

Sejauh Mata Memandang

Selamat Datang Senja

Pantai Tembakak


Pemandangan Di Kanan Kiri Jalan
Untuk tambahan destinasi wisata di Krui bisa juga mengunjungi pantai Tembakak, Pantai yang satu ini baru pertama kali saya kunjungi Pantai alami yang sama sekali belum tersentuh ini, memberikan kesan liburan yang sangat berkesan. Kami berangkat menggunakan mobil bak paman saya yang diatasnya ditaruh tiga kursi plastik untuk duduk, berbekal makanan seadanya dan tiga buah durian yang dibeli dipinggir jalan kami berangkat menuju pantai. Saya memilih duduk dibangku depan, abis rasanya gimana yaa duduk dikursi plastik yang ditaruh diatas mobil bak gitu, hihi. Adik dan kedua sepupu kecil saya memilih duduk dibelakang. Sepanjang jalan saya disuguhkan pemandangan yang sangat indah dikiri kanan jalan, rumah-rumah panggung yang terbuat dari kayu dan dihiasi ukiran-ukiran khas Lampung menjadi pusat perhatian saya.

Sesampainya disana saya terheran-heran, bagaimana tidak, pantai nya sangat sepi, lebih tepatnya tidak ada orang lain selain kami dan seorang ibu penjual pecal yang membuka warung kecil dipinggir jalan dekat pantai. Saya seperti berada di pantai pribadi, bahkan paman dan sepupu saya menaruh kursi plastik yang mereka bawa dari rumah, saya juga turut membawa serta bantal berbentuk panda yang saya dapat ketika membeli Liang Teh Cap Panda saat membuka stand promo diacara kantor sebulan sebelum saya berangkat ke Krui, saya borong cincau hitamnya waktu itu. Angin bulan agustus sangat terasa disana, saya bahkan harus berkali-kali merapikan rambut yang berantakan ditiup angin pantai.

Selamat Datang di Pantai Tembakak
Acara dimulai dengan icip-icip durian bawaan kami, kebetulan sedang musim durian, jadi harganya murah meriah, untuk 1 buah durian hanya sekitar lima ribu rupiah sampai dua puluh ribu rupiah saja itu pun sudah dapat ukuran besar dan dijamin mabok deh, hehe. Ah durian yang kami bawa cuma numpang lewat aja dimulut, dimakan sama enam orang yaa ga kenyang, hihi. Tapi jangan sedih, untuk urusan perut gak perlu khawatir kelaparan, didekat pantai ada warung kecil yang menjual pecal dan minuman lain, harganya juga murah meriah, sayang warungnya lupa didokumentasikan. Kenyang makan durian dan pecal saatnya diademin pake Liang Teh Cap Panda, dijamin suegeerr.
Siapa Yang Mau Durian?
Bantal Berbentuk Panda dari Liang Teh Cap Panda


Batu Karangnya Gede, Tapi Kami Ga Berani Naik
Selanjutnya kita bermain air dan berfoto narsis ala-ala bule artis hollywood yang lagi holiday di Pulau Pribadinya, hihi. Kemudian lari kesana kemari berebutan kerang yang cantik-cantik buat oleh-oleh pas pulang ke Bogor (gak modal banget ya). Pantai Tembakak tidak memiliki pasir seperti di Labuhan Jukung, pasirnya bercampur dengan cangkang kerang dan batu-batu kecil, batu-batu karang disini lebih bnyak dibandingakan Labuhan Jukung, dan bentuknya besar-besar, tapi soal pemandangan, Tembakak juga gak kalah indah, disebrang pantai terlihat ada sebuah Pulau yang bernama Pulau Pisang. Sudah capek, waktunya kita pulang, kali ini gak nunggu sunset karna paman saya bawel ngajak pulang, takut kemaleman katanya.

Subhanallah..I Love Krui
Ini Dia Pulau Pisangnya
Gak apa-apalah lain kali saya mau kesana lagi, ajak temen-temen dari Bogor dan Jakarta, supaya mereka lihat betapa indahnya Kampung Halaman kedua orang tua saya. Dan saya mau ajak mereka untuk buat gerakan sosial disana untuk adik-adik di Desa Gunung Kemala, adik-adik kecil yang sangat menginspirasi, adik-adik kecil yang kasih banyak pelajaran berharga untuk saya selama berada disana.


Mereka adalah Inspirasi 
Di perjalanan pulang saya lebih memilih duduk dibangku belakang, merasakan sensasi deg deg ser kalo kata adik saya, duduk diatas bangku plastik dan diliatin orang itu sensasi tersendiri, ya lambai-lambaikan tangan ala Putri Indonesia, haha. Ini beneran seru banget lebih dekat dengan alam, melihat indahnya Krui dengan cara yang istimewa. Saya sama sekali tidak merasakan mual meski jalanannya yang meliuk-liuk alias banyak tikungan, ini indah, sungguh indah. Hanya berharap ketika kembali lagi semuanya tetap sama, tetap indah dan alami tanpa ada yang dikurangi.
Mereka Sangat Menikmati, Haha
Meski saya hanya bercerita tentang dua pantai yang sudah saya kunjungi, namun di Krui masih banyak lagi pantai-pantai yang gak kalah indah, diantaranya Pantai Walur, dan Pantai Tanjung Setia, lain kali kalau saya berkunjung ke Krui lagi saya akan kesana dan menambah daftar Pantai yang sudah saya kunjungi. Semoga bermanfaat yaa ^_^

Okty Imagine ^_^


Tulisan ini diikutsertakan dalam Blog Contest 

"Travelogue Wisata Pantai di Indonesia" Bersama Liang Teh Cap Panda




Read more ...

PENGHARAPAN

Senin, 07 Juli 2014
Windy mendadak jadi pengkhayal semenjak Dani masuk dalam kehidupannya, dan terus memberi mimpi-mimpi baru dalam masa depannya. Seketika Windy bisa jadi penggalau dengan wajah penuh kecemasan menunggu sapaan walau hanya berupa pesan singkat. Seketika pula ia berubah menjadi gadis paling bahagia ketika dilayar ponselnya tertulis sapaan dari pria yang bernama Dani. Windy mengenalnya, tapi jarak memaksa mereka untuk memendam keinginan untuk bertemu. Waktu telah memisahkan mereka hingga akhirnya mereka kembali dipertemukan walau hanya dalam dunia yang semu. Windy tak keberatan akan itu, meski tak bertemu kian lama sapaan lembut Dani, kedewasaan yang selalu menenangkannya lewat perbincangan penuh canda meski hanya lewat udara, tapi Windy merasakannya. Merasakan kehangatan yang mengaliri setiap aliran darah nya, kedamaian yang tak pernah ia dapat dari pria lain. 

Semakin lama itu menjadi candu untuk windy, meski tak setiap hari Dani meneleponnya tapi Windy tak pernah mengeluh, ia menikmati setiap prosesnya. Bahkan ketika seharian penuh Dani tak memberi kabar, Windy tetap bersabar menanti meski terkadang hatinya dipenuhi prasangka yang membuat batinnya terkadang ingin berhenti. Namun, sapaan yang lembut dikeesokan harinya menjadi obat tersendiri untuknya. Bagaimana tidak, hanya sekedar kata “hai” saja sudah bisa menenggelemkan windy dalam mimpi-mimpi indah yang kian hari terus hadir dalam setiap tidurnya. Meski lama tak bertemu masih terekam jelas sosok Dani dibenaknya, caranya berjalan, caranya tersenyum, semuanya menjadi sebuah keutuhan yang tak pernah akan ia lupakan sampai waktu mempertemukan mereka kembali.

Dikala doanya Windy tak pernah henti melafalkan setiap kata demi kata yang terselip nama Dani didalamnya. Windy selalu berharap suatu saat nanti penantiannya berbuah manis, menjadikan semua mimpinya menjadi nyata. Mungkin ini terdengar lucu bagi sebagian orang yang tak mengenal apa arti dari sebuah penantian, tapi tidak bagi Windy tak pernah ada keraguan dalam hatinya untuk tetap bertahan dalam kerinduan akan calon imam nya kelak. Meski Dani tak pernah berucap cinta, tapi Windy yakin hati mereka telah terpatri dalam satu tujuan yang kelak akan menjadi nyata. Tak perlu kata cinta untuknya, Windy hanya butuh pembuktian akan kemantapan hatinya untuk berhenti di satu nama yaitu Dani. Butuh waktu untuk menjalani setiap proses menuju kebahagian yang kelak akan ia temukan dari sosok lelaki yang tak pernah henti ia kagumi.

Meski harus diam dalam kerinduan yang kian hari kian memuncak, meski harus berdiam dalam perasaan yang tak menentu, Windy tak pernah peduli, seberapa lama pun itu ia akan tetap berdiri pada satu hati, pada satu nama yang telah terangkai rapi dihatinya. Ini bukan tentang perkara cinta atau tidak cinta, tapi tentang penantian yang tak pernah mengenal batasan, tentang menjaga kesucian dalam diam dan pengharapan.

Sayang, meski ini tak mudah aku tahu jalanmu menujuku.
Sayang, meski ini semu aku tahu hatiku yang kau tuju.
Sayang, meski hanya perbincangan lewat udara, aku tahu hatimu telah disini.
Sayang, teruslah berjalan, hingga kau menemukan jalanmu pulang, disini, dihatiku.
Teruntuk calon imamku.


Read more ...

SEPASANG MATA

Senin, 24 Februari 2014
SEPASANG MATA

“Ada cahaya disitu!” Ucap Gani dengan raut wajah kagum.
“Dimana?” Ola tersentak dan menatap Gani heran.
“Itu disitu..di kedua bola matamu, ada cahaya terang disitu ada kedamaian setiap kali mataku menatap matamu” Pandangan Gani terus tertuju pada sosok wanita didepannya, menatap sepasang mata yang indah penuh kehangatan.

Lagi-lagi Ola tersentak, wajahnya memerah sempurna tangan sebelah kirinya refleks terangkat menutupi pipi sebelah kirinya, matanya yang sendu sesekali berkedip memperlihatkan kelentikan bulu matanya yang disempurnakan oleh maskara dan eye liner membuat sepasang bola mata itu makin terlihat hidup dan tajam, rambut hitamnya berkibar tertiup angin, bibirnya yang tipis berhiaskan gincu berwarna peach menyimpulkan senyum tipis, semakin lama senyum itu semakin lebar memberi kesan ramah pada raut wajahnya.

Sedangkan sosok lelaki dihadapannya, tak berhenti menatap sosoknya penuh kekaguman memancarkan sinar kebahagian dari wajah orientalnya, matanya terlihat begitu tajam seperti elang yang sedang terbang tinggi dengan seketika menukik tajam kepermukaan air ketika melihat mangsa, rambut ikalnya terlihat acak-acakan karena diterpa angin bulan Agustus.

“La, coba lihat awan hitam itu, sepertinya tak lama lagi akan turun hujan” Gani mencoba memecah suasana, membuyarkan lamunan sosok sempurna dihadapannya, wanita penuh kelembutan yang selalu menjadi tempat untuknya kembali pulang, sosok yang selalu memberi kenyamanan, ada sepasang mata yang tak pernah bosan ia pandangi, yang dengan menatapnya ada cahaya masa depannya disitu, ya di kedua bola matanya.

Ini ketiga kalinya Ola tersentak, entah mengapa ia selalu kehabisan kata-kata setiap kali Gani menatap matanya seperti itu, perasaan risihnya tak lagi jadi perkara tertutupi oleh bahagia yang menyeruak sekaligus haru yang mendera. Dengan lirih Ola menjawab “iya, akan turun hujan sebentar lagi” kali ini Ola tertunduk matanya tak lagi berani menatap pada laki-laki dihadapannya.

Gani menangkap ekspresi berbeda Ola petang itu, dengan lembut Gani menyentuh dagu wanita dihadapannya ada tetes air menyentuh jemari Gani, dengan perlahan ia mengangkat wajah Ola wajahnya sudah basah dialiri air mata yang kian lama kian menderas. Seperti biasa, Gani mendadak melemah tubuhnya terasa dingin, ia tak pernah sanggup melihat Ola menangis, dengan sisa-sisa tenaganya Gani mencoba menyeka air mata itu, menenggelamkan wajah Ola dalam pelukannya, lebih baik seperti ini, lebih baik Ola tak melihat ia menangis, Gani tak pernah memperlihatkan kesedihannya dihadapan Ola. Tak pernah rela rasanya membiarkan wanita yang dicintainya meneteskan air mata tak berkesudahan, Gani tak ingin mimpi dan harapan yang selalu ia lihat pada sepasang mata yang sangat ia kagumi itu hilang tersapu oleh genangan air mata yang kian menderas itu.

“La, berhentilah menangis, biarlah aku kehilangan dirimu, tapi tidak dengan mimpi-mimpi dan harapan itu, kamu boleh bersedih tapi jangan kamu luruhkan masa depanku, tujuan hidupku yang selalu terpancar dari sepasang mata yang tak pernah henti aku kagumi” dengan lantang Gani berucap, mencoba meyakinkan sosok yang ada dipelukannya itu bahwa semua akan baik-baik saja.

“Kamu pernah bilang, tak ada yang lebih menyedihkan daripada menangisi hal yang seharusnya tak perlu ditangisi. Ada laki-laki yang telah siap mendampingimu saat ini, sosok yang tak pernah kamu fikirkan perasaanya setiap kali kamu mengunjungiku dan berucap cinta padaku. Ada yang lebih berhak menyentuhmu, mengusap derasnya air matamu, orang yang tak pernah kamu beri kesempatan untuk menggantikan sedihmu menjadi tawa bahagia, yang tak pernah kamu izinkan menatap indahnya sepasang mata itu, yang selalu kamu abaikan keberadaannya hanya karena satu alasan, kamu masih mencintaiku. Bukankah itu terdengar lebih menyedihkan? Keegoisanmu perlahan telah menyakiti perasaanya. Jangan biarkan hatimu ditutupi oleh keresahan yang tak pernah menjadi sebuah kemantapan hati jika kamu terus menyesali dan berucap tak peduli. Aku masih disini masih menyimpan rapat cinta yang seharusnya telah aku tenggelamkan kedasar hati yang paling dalam, dan membiarkan cinta yang lain masuk menggantikannya. Aku tak pernah mampu, tapi aku tegaskan sekali lagi padamu, aku tak mau menyakiti orang lain karena kebodohanku sendiri, ini kesalahanku membiarkanmu sendiri menunggu hingga tiga tahun lamanya, membuat kedua orang tuamu murka, melihat putri kesayangannya menunggu tanpa ada kejelasan dariku. Aku tak ingin lagi menyalahkan keadaan, mengutuk semua yang telah terjadi. Azra sudah menjadi jawaban untuk penantianmu selama ini, menggantikan orang paling bodoh yang terlena akan kenikmatan duniawi hingga melupakan wanita yang dengan setia bertahun-tahun menantiku. “

Gani melepaskan pelukannya kedua tangannya mencengkram erat pundak Ola, menatapnya tajam. Ola mencoba menerka dan mengartikan tatapan Gani sore itu, lalu mengalihkan pandangannya keluar kaca mobil, rintik hujan mulai membasahi taman kota sore itu, tampak orang-orang berlarian mencari tempat untuk berteduh. Tatapannya kembali pada Gani, “Maafkan aku, maaf atas keegoisanku, tak seharusnya aku berada disini, seharusnya aku seperti sepasang suami istri itu, Ola memandang kearah sepasang suami istri penjual mie ayam yang setiap hari mangkal ditaman itu, mereka bahu membahu merapihkan dagangannya agar tak basah terkena air hujan, ditengah kesibukannya sang isteri masih sempat membuatkan kopi untuk suaminya. Seharusnya aku ada dirumah bersama Azra menyeduhkan kopi hangat untuknya, bercerita banyak tentang pekerjaannya. Aku bahkan tak pernah bertanya apa makanan kesukaannya, aku mengerti sekarang mengapa kamu tak pernah mengizinkan aku mengunjungimu, karena memang sudah ada orang lain tempatku berbagi dan mengabdi. Maaf sudah banyak merepotkanmu, tapi apa Azra mau memaafkanku? Setelah apa yang telah aku perbuat padanya?” Ola menarik napas panjang dan mencoba menyeka sisa air matanya.

“Tak pernah ada kata terlambat untuk memperbaiki keadaan la, lakukanlah yang terbaik selama kamu masih diberi kesempatan untuk berbuat baik, Azra laki-laki yang baik, aku bahagia karena tuhan telah menitipkan kebahagianku pada orang yang tepat, seorang suami yang dengan sabarnya menunggu hingga waktu menyadarkanmu bahwa hatinya selalu terbuka untukmu. Aku mohon la, jangan sakiti Azra, jangan mengorbankan orang lain atas kebodohan aku. Aku akan bahagia melihatmu bahagia bersamanya, kamu tak perlu menangis lagi karena itu akan menyakiti aku dan azra. Sebentar lagi Azra menjemputmu, aku sudah ceritakan semua padanya dan kamu tak perlu khawatir Azra akan membencimu, karena ia selalu mencoba memahami apa yang kamu rasakan. Perbaikilah yang harus kamu perbaiki, bahagiakanlah dia karena itu akan membuatku bahagia.”

Ada seseorang yang mengetuk pintu kaca mobil Gani, Ola pun seketika menoleh dan berdecak kaget melihat suaminya dengan senyum ramah membawakan payung untuknya.

“Pulanglah la, Azra sudah menjemputmu” Ola pun membalas dengan senyum simpulnya bergegas membuka pintu mobil dan menghampiri Azra.

“Terima kasih Gan sudah menjaga Ola” Azra menutup pintu mobil Gani dan meraih jemari Ola dibalas dengan pelukan hangat istrinya. Mereka membiarkan mobil Gani berlalu pergi, bersama kebahagian baru yang coba mereka bangun bersama dibawah rintiknya hujan, Azra menatap sepasang mata dihadapannya, meraih mimpi dan harapan pada kedua bola matanya, berharap kesedihan-kesedihan itu tersapu terbawa air hujan sore itu bukan oleh air mata.
                                                               
=== THE END ===
Okty Imagine ^_^




Read more ...

Senin, 25 Agustus 2014

PERSEMBAHAN DARI KRUI ( PASIR PUTIH HINGGA PANTAI PRIBADI )

Andai saja aku bisa lebih lama..
Aku ingin semua tetap sama...
Tetap indah dan alami tanpa ada yang dikurangi..

Entah sejak kapan senja menjadi pemandangan paling dinanti buat saya pribadi. Melihat senja dipinggir pantai itu menjadi hal yang sangat saya suka mungkin buat teman-teman yang lain juga sama. Siapa yang tidak suka ketika mata dimanjakan oleh indahnya pesona pantai dihiasi semburat merah ketika petang menjelang semuanya terlihat sempurna sangat mempesona. Setahun yang lalu saya berkesempatan menginjakkan kaki ditempat kelahiran kedua orang tua saya, kebetulan keduanya berasal dari daerah yang sama, yaitu Kabupaten Krui, Lampung Barat.

Selamat Datang Di Provinsi Lampung

Dimana Krui?

Apa teman-teman pernah dengar nama Kabupaten Krui?, Kabupaten Krui terletak di Provinsi Lampung Barat, karena letak geografisnya yang ada dipesisir barat Provinsi Lampung membuat Krui terkenal dengan wisata pantainya. Meski tidak begitu tersohor seperti Pantai-pantai yang ada di Bali, Lombok, atau Bangka Belitung, tapi saya yakin pantai-pantai di Krui tidak kalah cantik. Ombaknya yg bagus membuat Krui banyak disinggahi wisatawan Lokal maupun Asing untuk berselancar atau surfing disana. Bulan Agustus tahun lalu saya berkesempatan liburan bersama keluarga saya di Krui sambil mengerjakan sebuah pekerjaan dinas yang belum terselesaikan (lupakan pekerjaan itu) hehe kita fokus pada liburannya saja. Untuk sampai di Kabupaten Krui sangat mudah kok, memang membutuhkan waktu cukup lama untuk sampai disana, karena kita menggunakan jalur darat dan laut. Sebenarnya ada sih pesawat ke Lampung, tapi untuk sampai ke Kabupaten Krui harus menempuh perjalanan yang masih jauh juga, lebih baik naik kendaraan darat saja. Waktu itu saya bersama keluarga naik kendaraan Bus dari Terminal Kampung Rambutan Jakarta, ada Bus khusus yang menuju kesana Bus Krui Putra namanya, itu bus langsung menuju Krui jadi teman-teman cukup duduk manis menikmati perjalanan tanpa perlu pindah-pindah kendaraan lain, tarif Bus AC hanya sekitar 150 ribu dan sudah termasuk tiket Kapal Laut. Memerlukan waktu sekita empat jam dari Terminal Kampung Rambutan kita sudah sampai di Pelabuhan Merak Banten untuk menumpang Kapal Laut sekitar tiga hingga empat jam menuju Pelabuhan Bakauheni Lampung. Setelah itu dilanjutkan lagi menggunakan jalur darat menuju Kabupaten Krui yang memakan waktu sekitar delapan hingga sepuluh jam perjalanan. Kali ini saya ingin mengajak teman-teman untuk melihat indahnya pantai di Krui dan sekaligus memperkenalkan Krui kampung halaman kedua orang tua saya pada teman-teman semua.

Pantai Labuhan Jukung

Saya beserta keluarga sampai di Krui tepat pukul lima subuh, tepatnya di Desa Gunung Kemala. Setelah beristirahat, pada sore harinya saya menyempatkan untuk jalan-jalan ke Pantai Labuhan Jukung. Ini pantai yang paling populer di Krui, ombaknya yang tidak terlalu besar membuat banyak orang menghabiskan waktu disini. Saya ingat betul ketika tahun 2010 lalu, saya bertemu seorang pengusaha muda yang berasal dari Bandar Lampung, kami bercerita bayak tentang Krui, ia sangat memuji keindahan Pantai Labuhan Jukung yang menurutnya masih sangat indah dan alami.

Selamat Datang Di Pantai Labuhan Jukung
                             
Dengan ditemani oleh beberapa sepupu saya yang diantaranya masih kecil, saya bersama adik saya sangat bersemangat. Meski sudah banyak yang berubah,tapi Pantainya masih terjaga dengan baik, terlihat Penginapan-penginapan didirikan dipinggiran jalan menuju ke Pantai, geliat perkembangan wisata sudah mulai terlihat. Nampaknya Pemda Kabupaten Krui mulai menyadari bahwa pantai-pantai yang ada di Krui adalah aset yang sangat perlu dikembangkan. Ini kesekian kalinya Labuhan Jukung mebuat saya takjub, kebetulan ketika itu sedang tidak musim liburan, pantai terlihat sepi dan sangat tenang.

Deburan ombak menyapa kami, pasirnya yang putih berkilauan terkena sinar matahari, langitnya yang biru menambah indah pemandangan sore itu. Jajaran perahu-perahu nelayan berbaris rapi, menunggu tuannya untuk pergi mencari ikan. Mayoritas penduduk dipinggiran pantai adalah nelayan, setiap pagi mereka menjual hasil tangkapannya dipasar ataupun menjajakannya langsung kerumah-rumah penduduk menggunakan sepeda atau sepeda motor. Nampak sebuah perahu bersandar tepat dibelakang kami.

Pasir Putihnya Yang Begitu Bersih dan Halus

Airnyaa Jernih Banget Kan

Gedean Orangnya daripada Perahunya :p
Semuanya bersenang-senang bersama, menikmati jernihnya air laut yang kebetulan sedang surut, batu-batu karang yang biasanya ditutupi air terlihat dengan jelas. Beberapa penghuni dasar laut terlihat ddidasar air, kerang, bintang laut, rumput laut, semuanya terlihat dengan jelas. Saya sibuk memotret sampai adik sepupu saya menarik tangan saya untuk segera bergabung bersama mereka menikmati segarnya air laut.

Airnyaaa Sugerrrrr

Narsis Tiada Tara

Smile..Smile..Smile

Hari sudah semakin sore, air pun sudah mulai pasang kami memutuskan untuk segera pulang, tapi saya masih belum ingin beranjak pergi menunggu matahari tenggelam sore itu, untuk kesekian kalinya ingin menikmati sunset Pantai Labuhan Jukung. Beberapa menit kemudian langit mulai gelap nampak matahari tenggelam di ufuk timur, cahaya merah mulai menghiasi langit Pantai Labuhan Jukung Petang itu, semuanya sempurna sudah, indah, indah, dan indah.


Akhirnya Matahari Tenggelam dengan Indah

Sejauh Mata Memandang

Selamat Datang Senja

Pantai Tembakak


Pemandangan Di Kanan Kiri Jalan
Untuk tambahan destinasi wisata di Krui bisa juga mengunjungi pantai Tembakak, Pantai yang satu ini baru pertama kali saya kunjungi Pantai alami yang sama sekali belum tersentuh ini, memberikan kesan liburan yang sangat berkesan. Kami berangkat menggunakan mobil bak paman saya yang diatasnya ditaruh tiga kursi plastik untuk duduk, berbekal makanan seadanya dan tiga buah durian yang dibeli dipinggir jalan kami berangkat menuju pantai. Saya memilih duduk dibangku depan, abis rasanya gimana yaa duduk dikursi plastik yang ditaruh diatas mobil bak gitu, hihi. Adik dan kedua sepupu kecil saya memilih duduk dibelakang. Sepanjang jalan saya disuguhkan pemandangan yang sangat indah dikiri kanan jalan, rumah-rumah panggung yang terbuat dari kayu dan dihiasi ukiran-ukiran khas Lampung menjadi pusat perhatian saya.

Sesampainya disana saya terheran-heran, bagaimana tidak, pantai nya sangat sepi, lebih tepatnya tidak ada orang lain selain kami dan seorang ibu penjual pecal yang membuka warung kecil dipinggir jalan dekat pantai. Saya seperti berada di pantai pribadi, bahkan paman dan sepupu saya menaruh kursi plastik yang mereka bawa dari rumah, saya juga turut membawa serta bantal berbentuk panda yang saya dapat ketika membeli Liang Teh Cap Panda saat membuka stand promo diacara kantor sebulan sebelum saya berangkat ke Krui, saya borong cincau hitamnya waktu itu. Angin bulan agustus sangat terasa disana, saya bahkan harus berkali-kali merapikan rambut yang berantakan ditiup angin pantai.

Selamat Datang di Pantai Tembakak
Acara dimulai dengan icip-icip durian bawaan kami, kebetulan sedang musim durian, jadi harganya murah meriah, untuk 1 buah durian hanya sekitar lima ribu rupiah sampai dua puluh ribu rupiah saja itu pun sudah dapat ukuran besar dan dijamin mabok deh, hehe. Ah durian yang kami bawa cuma numpang lewat aja dimulut, dimakan sama enam orang yaa ga kenyang, hihi. Tapi jangan sedih, untuk urusan perut gak perlu khawatir kelaparan, didekat pantai ada warung kecil yang menjual pecal dan minuman lain, harganya juga murah meriah, sayang warungnya lupa didokumentasikan. Kenyang makan durian dan pecal saatnya diademin pake Liang Teh Cap Panda, dijamin suegeerr.
Siapa Yang Mau Durian?
Bantal Berbentuk Panda dari Liang Teh Cap Panda


Batu Karangnya Gede, Tapi Kami Ga Berani Naik
Selanjutnya kita bermain air dan berfoto narsis ala-ala bule artis hollywood yang lagi holiday di Pulau Pribadinya, hihi. Kemudian lari kesana kemari berebutan kerang yang cantik-cantik buat oleh-oleh pas pulang ke Bogor (gak modal banget ya). Pantai Tembakak tidak memiliki pasir seperti di Labuhan Jukung, pasirnya bercampur dengan cangkang kerang dan batu-batu kecil, batu-batu karang disini lebih bnyak dibandingakan Labuhan Jukung, dan bentuknya besar-besar, tapi soal pemandangan, Tembakak juga gak kalah indah, disebrang pantai terlihat ada sebuah Pulau yang bernama Pulau Pisang. Sudah capek, waktunya kita pulang, kali ini gak nunggu sunset karna paman saya bawel ngajak pulang, takut kemaleman katanya.

Subhanallah..I Love Krui
Ini Dia Pulau Pisangnya
Gak apa-apalah lain kali saya mau kesana lagi, ajak temen-temen dari Bogor dan Jakarta, supaya mereka lihat betapa indahnya Kampung Halaman kedua orang tua saya. Dan saya mau ajak mereka untuk buat gerakan sosial disana untuk adik-adik di Desa Gunung Kemala, adik-adik kecil yang sangat menginspirasi, adik-adik kecil yang kasih banyak pelajaran berharga untuk saya selama berada disana.


Mereka adalah Inspirasi 
Di perjalanan pulang saya lebih memilih duduk dibangku belakang, merasakan sensasi deg deg ser kalo kata adik saya, duduk diatas bangku plastik dan diliatin orang itu sensasi tersendiri, ya lambai-lambaikan tangan ala Putri Indonesia, haha. Ini beneran seru banget lebih dekat dengan alam, melihat indahnya Krui dengan cara yang istimewa. Saya sama sekali tidak merasakan mual meski jalanannya yang meliuk-liuk alias banyak tikungan, ini indah, sungguh indah. Hanya berharap ketika kembali lagi semuanya tetap sama, tetap indah dan alami tanpa ada yang dikurangi.
Mereka Sangat Menikmati, Haha
Meski saya hanya bercerita tentang dua pantai yang sudah saya kunjungi, namun di Krui masih banyak lagi pantai-pantai yang gak kalah indah, diantaranya Pantai Walur, dan Pantai Tanjung Setia, lain kali kalau saya berkunjung ke Krui lagi saya akan kesana dan menambah daftar Pantai yang sudah saya kunjungi. Semoga bermanfaat yaa ^_^

Okty Imagine ^_^


Tulisan ini diikutsertakan dalam Blog Contest 

"Travelogue Wisata Pantai di Indonesia" Bersama Liang Teh Cap Panda




Senin, 07 Juli 2014

PENGHARAPAN

Windy mendadak jadi pengkhayal semenjak Dani masuk dalam kehidupannya, dan terus memberi mimpi-mimpi baru dalam masa depannya. Seketika Windy bisa jadi penggalau dengan wajah penuh kecemasan menunggu sapaan walau hanya berupa pesan singkat. Seketika pula ia berubah menjadi gadis paling bahagia ketika dilayar ponselnya tertulis sapaan dari pria yang bernama Dani. Windy mengenalnya, tapi jarak memaksa mereka untuk memendam keinginan untuk bertemu. Waktu telah memisahkan mereka hingga akhirnya mereka kembali dipertemukan walau hanya dalam dunia yang semu. Windy tak keberatan akan itu, meski tak bertemu kian lama sapaan lembut Dani, kedewasaan yang selalu menenangkannya lewat perbincangan penuh canda meski hanya lewat udara, tapi Windy merasakannya. Merasakan kehangatan yang mengaliri setiap aliran darah nya, kedamaian yang tak pernah ia dapat dari pria lain. 

Semakin lama itu menjadi candu untuk windy, meski tak setiap hari Dani meneleponnya tapi Windy tak pernah mengeluh, ia menikmati setiap prosesnya. Bahkan ketika seharian penuh Dani tak memberi kabar, Windy tetap bersabar menanti meski terkadang hatinya dipenuhi prasangka yang membuat batinnya terkadang ingin berhenti. Namun, sapaan yang lembut dikeesokan harinya menjadi obat tersendiri untuknya. Bagaimana tidak, hanya sekedar kata “hai” saja sudah bisa menenggelemkan windy dalam mimpi-mimpi indah yang kian hari terus hadir dalam setiap tidurnya. Meski lama tak bertemu masih terekam jelas sosok Dani dibenaknya, caranya berjalan, caranya tersenyum, semuanya menjadi sebuah keutuhan yang tak pernah akan ia lupakan sampai waktu mempertemukan mereka kembali.

Dikala doanya Windy tak pernah henti melafalkan setiap kata demi kata yang terselip nama Dani didalamnya. Windy selalu berharap suatu saat nanti penantiannya berbuah manis, menjadikan semua mimpinya menjadi nyata. Mungkin ini terdengar lucu bagi sebagian orang yang tak mengenal apa arti dari sebuah penantian, tapi tidak bagi Windy tak pernah ada keraguan dalam hatinya untuk tetap bertahan dalam kerinduan akan calon imam nya kelak. Meski Dani tak pernah berucap cinta, tapi Windy yakin hati mereka telah terpatri dalam satu tujuan yang kelak akan menjadi nyata. Tak perlu kata cinta untuknya, Windy hanya butuh pembuktian akan kemantapan hatinya untuk berhenti di satu nama yaitu Dani. Butuh waktu untuk menjalani setiap proses menuju kebahagian yang kelak akan ia temukan dari sosok lelaki yang tak pernah henti ia kagumi.

Meski harus diam dalam kerinduan yang kian hari kian memuncak, meski harus berdiam dalam perasaan yang tak menentu, Windy tak pernah peduli, seberapa lama pun itu ia akan tetap berdiri pada satu hati, pada satu nama yang telah terangkai rapi dihatinya. Ini bukan tentang perkara cinta atau tidak cinta, tapi tentang penantian yang tak pernah mengenal batasan, tentang menjaga kesucian dalam diam dan pengharapan.

Sayang, meski ini tak mudah aku tahu jalanmu menujuku.
Sayang, meski ini semu aku tahu hatiku yang kau tuju.
Sayang, meski hanya perbincangan lewat udara, aku tahu hatimu telah disini.
Sayang, teruslah berjalan, hingga kau menemukan jalanmu pulang, disini, dihatiku.
Teruntuk calon imamku.


Senin, 24 Februari 2014

SEPASANG MATA

SEPASANG MATA

“Ada cahaya disitu!” Ucap Gani dengan raut wajah kagum.
“Dimana?” Ola tersentak dan menatap Gani heran.
“Itu disitu..di kedua bola matamu, ada cahaya terang disitu ada kedamaian setiap kali mataku menatap matamu” Pandangan Gani terus tertuju pada sosok wanita didepannya, menatap sepasang mata yang indah penuh kehangatan.

Lagi-lagi Ola tersentak, wajahnya memerah sempurna tangan sebelah kirinya refleks terangkat menutupi pipi sebelah kirinya, matanya yang sendu sesekali berkedip memperlihatkan kelentikan bulu matanya yang disempurnakan oleh maskara dan eye liner membuat sepasang bola mata itu makin terlihat hidup dan tajam, rambut hitamnya berkibar tertiup angin, bibirnya yang tipis berhiaskan gincu berwarna peach menyimpulkan senyum tipis, semakin lama senyum itu semakin lebar memberi kesan ramah pada raut wajahnya.

Sedangkan sosok lelaki dihadapannya, tak berhenti menatap sosoknya penuh kekaguman memancarkan sinar kebahagian dari wajah orientalnya, matanya terlihat begitu tajam seperti elang yang sedang terbang tinggi dengan seketika menukik tajam kepermukaan air ketika melihat mangsa, rambut ikalnya terlihat acak-acakan karena diterpa angin bulan Agustus.

“La, coba lihat awan hitam itu, sepertinya tak lama lagi akan turun hujan” Gani mencoba memecah suasana, membuyarkan lamunan sosok sempurna dihadapannya, wanita penuh kelembutan yang selalu menjadi tempat untuknya kembali pulang, sosok yang selalu memberi kenyamanan, ada sepasang mata yang tak pernah bosan ia pandangi, yang dengan menatapnya ada cahaya masa depannya disitu, ya di kedua bola matanya.

Ini ketiga kalinya Ola tersentak, entah mengapa ia selalu kehabisan kata-kata setiap kali Gani menatap matanya seperti itu, perasaan risihnya tak lagi jadi perkara tertutupi oleh bahagia yang menyeruak sekaligus haru yang mendera. Dengan lirih Ola menjawab “iya, akan turun hujan sebentar lagi” kali ini Ola tertunduk matanya tak lagi berani menatap pada laki-laki dihadapannya.

Gani menangkap ekspresi berbeda Ola petang itu, dengan lembut Gani menyentuh dagu wanita dihadapannya ada tetes air menyentuh jemari Gani, dengan perlahan ia mengangkat wajah Ola wajahnya sudah basah dialiri air mata yang kian lama kian menderas. Seperti biasa, Gani mendadak melemah tubuhnya terasa dingin, ia tak pernah sanggup melihat Ola menangis, dengan sisa-sisa tenaganya Gani mencoba menyeka air mata itu, menenggelamkan wajah Ola dalam pelukannya, lebih baik seperti ini, lebih baik Ola tak melihat ia menangis, Gani tak pernah memperlihatkan kesedihannya dihadapan Ola. Tak pernah rela rasanya membiarkan wanita yang dicintainya meneteskan air mata tak berkesudahan, Gani tak ingin mimpi dan harapan yang selalu ia lihat pada sepasang mata yang sangat ia kagumi itu hilang tersapu oleh genangan air mata yang kian menderas itu.

“La, berhentilah menangis, biarlah aku kehilangan dirimu, tapi tidak dengan mimpi-mimpi dan harapan itu, kamu boleh bersedih tapi jangan kamu luruhkan masa depanku, tujuan hidupku yang selalu terpancar dari sepasang mata yang tak pernah henti aku kagumi” dengan lantang Gani berucap, mencoba meyakinkan sosok yang ada dipelukannya itu bahwa semua akan baik-baik saja.

“Kamu pernah bilang, tak ada yang lebih menyedihkan daripada menangisi hal yang seharusnya tak perlu ditangisi. Ada laki-laki yang telah siap mendampingimu saat ini, sosok yang tak pernah kamu fikirkan perasaanya setiap kali kamu mengunjungiku dan berucap cinta padaku. Ada yang lebih berhak menyentuhmu, mengusap derasnya air matamu, orang yang tak pernah kamu beri kesempatan untuk menggantikan sedihmu menjadi tawa bahagia, yang tak pernah kamu izinkan menatap indahnya sepasang mata itu, yang selalu kamu abaikan keberadaannya hanya karena satu alasan, kamu masih mencintaiku. Bukankah itu terdengar lebih menyedihkan? Keegoisanmu perlahan telah menyakiti perasaanya. Jangan biarkan hatimu ditutupi oleh keresahan yang tak pernah menjadi sebuah kemantapan hati jika kamu terus menyesali dan berucap tak peduli. Aku masih disini masih menyimpan rapat cinta yang seharusnya telah aku tenggelamkan kedasar hati yang paling dalam, dan membiarkan cinta yang lain masuk menggantikannya. Aku tak pernah mampu, tapi aku tegaskan sekali lagi padamu, aku tak mau menyakiti orang lain karena kebodohanku sendiri, ini kesalahanku membiarkanmu sendiri menunggu hingga tiga tahun lamanya, membuat kedua orang tuamu murka, melihat putri kesayangannya menunggu tanpa ada kejelasan dariku. Aku tak ingin lagi menyalahkan keadaan, mengutuk semua yang telah terjadi. Azra sudah menjadi jawaban untuk penantianmu selama ini, menggantikan orang paling bodoh yang terlena akan kenikmatan duniawi hingga melupakan wanita yang dengan setia bertahun-tahun menantiku. “

Gani melepaskan pelukannya kedua tangannya mencengkram erat pundak Ola, menatapnya tajam. Ola mencoba menerka dan mengartikan tatapan Gani sore itu, lalu mengalihkan pandangannya keluar kaca mobil, rintik hujan mulai membasahi taman kota sore itu, tampak orang-orang berlarian mencari tempat untuk berteduh. Tatapannya kembali pada Gani, “Maafkan aku, maaf atas keegoisanku, tak seharusnya aku berada disini, seharusnya aku seperti sepasang suami istri itu, Ola memandang kearah sepasang suami istri penjual mie ayam yang setiap hari mangkal ditaman itu, mereka bahu membahu merapihkan dagangannya agar tak basah terkena air hujan, ditengah kesibukannya sang isteri masih sempat membuatkan kopi untuk suaminya. Seharusnya aku ada dirumah bersama Azra menyeduhkan kopi hangat untuknya, bercerita banyak tentang pekerjaannya. Aku bahkan tak pernah bertanya apa makanan kesukaannya, aku mengerti sekarang mengapa kamu tak pernah mengizinkan aku mengunjungimu, karena memang sudah ada orang lain tempatku berbagi dan mengabdi. Maaf sudah banyak merepotkanmu, tapi apa Azra mau memaafkanku? Setelah apa yang telah aku perbuat padanya?” Ola menarik napas panjang dan mencoba menyeka sisa air matanya.

“Tak pernah ada kata terlambat untuk memperbaiki keadaan la, lakukanlah yang terbaik selama kamu masih diberi kesempatan untuk berbuat baik, Azra laki-laki yang baik, aku bahagia karena tuhan telah menitipkan kebahagianku pada orang yang tepat, seorang suami yang dengan sabarnya menunggu hingga waktu menyadarkanmu bahwa hatinya selalu terbuka untukmu. Aku mohon la, jangan sakiti Azra, jangan mengorbankan orang lain atas kebodohan aku. Aku akan bahagia melihatmu bahagia bersamanya, kamu tak perlu menangis lagi karena itu akan menyakiti aku dan azra. Sebentar lagi Azra menjemputmu, aku sudah ceritakan semua padanya dan kamu tak perlu khawatir Azra akan membencimu, karena ia selalu mencoba memahami apa yang kamu rasakan. Perbaikilah yang harus kamu perbaiki, bahagiakanlah dia karena itu akan membuatku bahagia.”

Ada seseorang yang mengetuk pintu kaca mobil Gani, Ola pun seketika menoleh dan berdecak kaget melihat suaminya dengan senyum ramah membawakan payung untuknya.

“Pulanglah la, Azra sudah menjemputmu” Ola pun membalas dengan senyum simpulnya bergegas membuka pintu mobil dan menghampiri Azra.

“Terima kasih Gan sudah menjaga Ola” Azra menutup pintu mobil Gani dan meraih jemari Ola dibalas dengan pelukan hangat istrinya. Mereka membiarkan mobil Gani berlalu pergi, bersama kebahagian baru yang coba mereka bangun bersama dibawah rintiknya hujan, Azra menatap sepasang mata dihadapannya, meraih mimpi dan harapan pada kedua bola matanya, berharap kesedihan-kesedihan itu tersapu terbawa air hujan sore itu bukan oleh air mata.
                                                               
=== THE END ===
Okty Imagine ^_^