Hai Selamat Pagi ^_^
Seperti hari-hari biasa, Agni mengawali harinya dengan penuh
semangat menembus kemacetan ibukota, berkejar-kejaran dengan waktu, sambil
sesekali mencari celah diantara mobil-mobil yang terjebak kemacetan pagi itu.
Agni sangat lihai mengendarai sepeda motornya Chiko namanya, Agni terisnpirasi
dari film yang bejudul “Hachiko” yang bercerita tentang seekor hewan peliharaan
anjing yang sangat setia terhadap majikannya, yaa sambil menguntai harapan agar
si Chiko motornya pun bisa setia menemaninya kemana pun ia pergi.
Setelah empat puluh lima menit akhirnya Agni bisa bernafas
lega karena bisa tiba dikantornya sebelum Enzi tiba. Paling tidak Agni memiliki
waktu untuk mengatur nafasnya sebelum Enzi tiba dan menyapanya. Ya, Enzi adalah
teman sekantor Agni yang sudah dua tahun menjadi objek khayalan Agni, menjadi
orang yang selalu diharapkannya untuk hadir dalam mimpi tidurnya. Beginilah rutinitas
Agni ketika sampai dikantornya, duduk manis di meja kerjanya memasang senyum
paling indah versinya sendiri, sambil sesekali mengatur detak jantungnya yang
selalu berdegup cepat setiap kali Enzi datang dan menyapanya.
Agni selalu
berusaha datang lebih dulu sebelum Enzi datang, karena pernah sewaktu ketika
Agni datang terlambat, Agni jadi salah tingkah dihadapan Enzi dan teman-teman
sekantornya yang lain, harus terlihat bodoh didepan pria yang ia taksir baginya
itu hal yang sangat memalukan. Karena itu Agni bertekad untuk selalu datang
lebih awal agar ia bisa tetap terlihat manis dihadapan Enzi. Begitupun ketika
jam memasuki jam pulang kantor, Agni selalu berusaha sampai lebih dulu
diparkiran motor hanya agar Enzi menyapanya. Entahlah bagi Agni itu hal yang
sudah cukup membahagiakan baginya, Agni tak pernah menyimpan keinginan untuk
bisa kencan romantis dan akhirnya menjadi kekasih Enzi.
Hanya dalam hitungan menit Enzi pun tiba dikantor dan
seperti biasa ia pun melemparkan sapaan yang sama setiap paginya pada Agni “Pagi
ni” sembari melempar senyuman yang menurut Agni senyuman maut yang membuatnya
tak pernah bisa melupakan sosok Enzi. Dan seperti biasa juga Agni membalas
dengan senyuman termanisnya sembari berkata “Pagi zi”. Hanya seperti itu setiap
pagi, namun itu menjadi semangat tersendiri untuk Agni.
Percaya atau tidak
selama dua tahun mengenal dan menyukai Enzi tak pernah sekalipun mereka saling
bertanya banyak, hanya sapaan setiap pagi dan ketika pulang kantor itulah yang
keluar dari mulut mereka. Sekalipun bertanya paling hanya masalah pekerjaan,
dan itu pun hanya pembicaraan ala kadarnya saja. Ya bisa dibayangkan mungkin
bagi banyak orang itu rutinitas biasa antara teman sekantor, tapi bagi Agni itu
menjadi rutinitas terindah yang diharapkannya ketika pagi datang.
Namun entah mengapa pagi ini Enzi tidak muncul juga
dikantornya, Agni berfikir Enzi sakit. Setiap kali Enzi sakit dan tidak masuk
kerja, entah mengapa Agni selalu merasa cemas seperti ada yang menusuk-nusuk
hatinya sakit sekali rasanya. Agni tak berani bertanya pada temannya yang lain
tentang Enzi yang tidak masuk kerja hari ini.
“Ni, ada titipan dari Pak Anwar tadi pagi Pak Anwar bilang
kamu sepertinya sangat terburu-buru masuk kantor sampai tidak mendengar ketika
Pak Anwar manggil kamu” sembari meletakkan kotak berwarna biru muda di meja
kerjanya.
“Apa ini cha?” dengan wajah heran Agni bertanya pada chacha
teman sekantornya itu. Dengang raut wajah yang tidak kalah herannya chacha mengangkat
bahu tanda tidak tahu lalu beranjak pergi dari meja kerja Agni.
Dengan perlahan Agni membuka kotak tadi, dan menemukan
puluhan surat yang tersusun rapi di dalam kotak tersebut. Diatas surat-surat
itu ada secarik kertas yang dilipat dua. Dengan gemetar Agni membuka surat itu,
dan mulai membacanya perlahan.
Minggu, 30April 2012
Dear Agni,
Hai “Pagi ni”, mungkin
ketika kamu membaca surat aku ini, aku sudah tidak berada di Jakarta. Diam-diam
aku mendapat promosi ke Kantor Cabang di Samarinda. Ya, mungkin berita ini
tidak penting bagimu, namun bagiku ini menjadi hal yang teramat penting untuk
aku beritahukan padamu. Entahlah, biasanya aku selalu rindukan pagi, pagi
dimana aku bisa melihat wajah manismu disetiap paginya. Meski kita hanya bisa
saling menyapa, namun bagiku kamu selalu menjadi semangat dikala aku mengawali hari.
Kepindahanku ini menjadi hal yang sangat berat untukku, karena itu tandanya aku
harus beranjak pergi dari lingkaran kebahagiaan yang setiap hari aku bawa dan
aku jaga dalam hatiku semenjak pertama kali kita bertemu dan kamu menyapa
pagiku. Sudah puluhan kali aku menulis surat-surat ini untuk kamu namun ratusan
bahkan ribuan kali pula hatiku membunuh keinginan untuk menyampaikannya padamu.
Namun kali ini aku sudah tidak punya waktu lagi untuk bersembunyi. Ingin
rasanya berbicara banyak denganmu. Jika kamu mau kamu bisa menghubungi nomor
ponsel ku, aku menaruh kartu namaku diantara surat-surat ini. Baiklah, senang
mengenalmu Agni semoga ada secercah harap untukku.
Enzi Pramudya.
Sambil sesekali
menghapus air matanya, Agni memburu kartu nama diantara tumpukan surat dihadapannya. Selembar kartu nama bertuliskan nama Enzi,
dan tanpa berfikir panjang Agni mengambil ponselnya.
Diujung telepon
terdengar suara lembut seorang pria yang sudah dua tahun dikenalinya “ Hai
Enzi, selamat pagi....... "
Okty Imagine ^_^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar