Hai Selamat Pagi

Senin, 04 November 2013
Hai Selamat Pagi ^_^

Seperti hari-hari biasa, Agni mengawali harinya dengan penuh semangat menembus kemacetan ibukota, berkejar-kejaran dengan waktu, sambil sesekali mencari celah diantara mobil-mobil yang terjebak kemacetan pagi itu. Agni sangat lihai mengendarai sepeda motornya Chiko namanya, Agni terisnpirasi dari film yang bejudul “Hachiko” yang bercerita tentang seekor hewan peliharaan anjing yang sangat setia terhadap majikannya, yaa sambil menguntai harapan agar si Chiko motornya pun bisa setia menemaninya kemana pun ia pergi.

Setelah empat puluh lima menit akhirnya Agni bisa bernafas lega karena bisa tiba dikantornya sebelum Enzi tiba. Paling tidak Agni memiliki waktu untuk mengatur nafasnya sebelum Enzi tiba dan menyapanya. Ya, Enzi adalah teman sekantor Agni yang sudah dua tahun menjadi objek khayalan Agni, menjadi orang yang selalu diharapkannya untuk hadir dalam mimpi tidurnya. Beginilah rutinitas Agni ketika sampai dikantornya, duduk manis di meja kerjanya memasang senyum paling indah versinya sendiri, sambil sesekali mengatur detak jantungnya yang selalu berdegup cepat setiap kali Enzi datang dan menyapanya. 

Agni selalu berusaha datang lebih dulu sebelum Enzi datang, karena pernah sewaktu ketika Agni datang terlambat, Agni jadi salah tingkah dihadapan Enzi dan teman-teman sekantornya yang lain, harus terlihat bodoh didepan pria yang ia taksir baginya itu hal yang sangat memalukan. Karena itu Agni bertekad untuk selalu datang lebih awal agar ia bisa tetap terlihat manis dihadapan Enzi. Begitupun ketika jam memasuki jam pulang kantor, Agni selalu berusaha sampai lebih dulu diparkiran motor hanya agar Enzi menyapanya. Entahlah bagi Agni itu hal yang sudah cukup membahagiakan baginya, Agni tak pernah menyimpan keinginan untuk bisa kencan romantis dan akhirnya menjadi kekasih Enzi. 

Hanya dalam hitungan menit Enzi pun tiba dikantor dan seperti biasa ia pun melemparkan sapaan yang sama setiap paginya pada Agni “Pagi ni” sembari melempar senyuman yang menurut Agni senyuman maut yang membuatnya tak pernah bisa melupakan sosok Enzi. Dan seperti biasa juga Agni membalas dengan senyuman termanisnya sembari berkata “Pagi zi”. Hanya seperti itu setiap pagi, namun itu menjadi semangat tersendiri untuk Agni. 

Percaya atau tidak selama dua tahun mengenal dan menyukai Enzi tak pernah sekalipun mereka saling bertanya banyak, hanya sapaan setiap pagi dan ketika pulang kantor itulah yang keluar dari mulut mereka. Sekalipun bertanya paling hanya masalah pekerjaan, dan itu pun hanya pembicaraan ala kadarnya saja. Ya bisa dibayangkan mungkin bagi banyak orang itu rutinitas biasa antara teman sekantor, tapi bagi Agni itu menjadi rutinitas terindah yang diharapkannya ketika pagi datang.

Namun entah mengapa pagi ini Enzi tidak muncul juga dikantornya, Agni berfikir Enzi sakit. Setiap kali Enzi sakit dan tidak masuk kerja, entah mengapa Agni selalu merasa cemas seperti ada yang menusuk-nusuk hatinya sakit sekali rasanya. Agni tak berani bertanya pada temannya yang lain tentang Enzi yang tidak masuk kerja hari ini.

“Ni, ada titipan dari Pak Anwar tadi pagi Pak Anwar bilang kamu sepertinya sangat terburu-buru masuk kantor sampai tidak mendengar ketika Pak Anwar manggil kamu” sembari meletakkan kotak berwarna biru muda di meja kerjanya.

“Apa ini cha?” dengan wajah heran Agni bertanya pada chacha teman sekantornya itu. Dengang raut wajah yang tidak kalah herannya chacha mengangkat bahu tanda tidak tahu lalu beranjak pergi dari meja kerja Agni.

Dengan perlahan Agni membuka kotak tadi, dan menemukan puluhan surat yang tersusun rapi di dalam kotak tersebut. Diatas surat-surat itu ada secarik kertas yang dilipat dua. Dengan gemetar Agni membuka surat itu, dan mulai membacanya perlahan.
                                                                                                                                       
                                                                                                                 Minggu, 30April 2012

Dear Agni,
Hai “Pagi ni”, mungkin ketika kamu membaca surat aku ini, aku sudah tidak berada di Jakarta. Diam-diam aku mendapat promosi ke Kantor Cabang di Samarinda. Ya, mungkin berita ini tidak penting bagimu, namun bagiku ini menjadi hal yang teramat penting untuk aku beritahukan padamu. Entahlah, biasanya aku selalu rindukan pagi, pagi dimana aku bisa melihat wajah manismu disetiap paginya. Meski kita hanya bisa saling menyapa, namun bagiku kamu selalu menjadi semangat dikala aku mengawali hari. Kepindahanku ini menjadi hal yang sangat berat untukku, karena itu tandanya aku harus beranjak pergi dari lingkaran kebahagiaan yang setiap hari aku bawa dan aku jaga dalam hatiku semenjak pertama kali kita bertemu dan kamu menyapa pagiku. Sudah puluhan kali aku menulis surat-surat ini untuk kamu namun ratusan bahkan ribuan kali pula hatiku membunuh keinginan untuk menyampaikannya padamu. Namun kali ini aku sudah tidak punya waktu lagi untuk bersembunyi. Ingin rasanya berbicara banyak denganmu. Jika kamu mau kamu bisa menghubungi nomor ponsel ku, aku menaruh kartu namaku diantara surat-surat ini. Baiklah, senang mengenalmu Agni semoga ada secercah harap untukku.

Enzi Pramudya.

Sambil sesekali menghapus air matanya, Agni memburu kartu nama diantara tumpukan surat dihadapannya. Selembar kartu nama bertuliskan nama Enzi, dan tanpa berfikir panjang Agni mengambil ponselnya.

Diujung telepon terdengar suara lembut seorang pria yang sudah dua tahun dikenalinya “ Hai Enzi, selamat pagi....... "


Okty Imagine ^_^


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Senin, 04 November 2013

Hai Selamat Pagi

Hai Selamat Pagi ^_^

Seperti hari-hari biasa, Agni mengawali harinya dengan penuh semangat menembus kemacetan ibukota, berkejar-kejaran dengan waktu, sambil sesekali mencari celah diantara mobil-mobil yang terjebak kemacetan pagi itu. Agni sangat lihai mengendarai sepeda motornya Chiko namanya, Agni terisnpirasi dari film yang bejudul “Hachiko” yang bercerita tentang seekor hewan peliharaan anjing yang sangat setia terhadap majikannya, yaa sambil menguntai harapan agar si Chiko motornya pun bisa setia menemaninya kemana pun ia pergi.

Setelah empat puluh lima menit akhirnya Agni bisa bernafas lega karena bisa tiba dikantornya sebelum Enzi tiba. Paling tidak Agni memiliki waktu untuk mengatur nafasnya sebelum Enzi tiba dan menyapanya. Ya, Enzi adalah teman sekantor Agni yang sudah dua tahun menjadi objek khayalan Agni, menjadi orang yang selalu diharapkannya untuk hadir dalam mimpi tidurnya. Beginilah rutinitas Agni ketika sampai dikantornya, duduk manis di meja kerjanya memasang senyum paling indah versinya sendiri, sambil sesekali mengatur detak jantungnya yang selalu berdegup cepat setiap kali Enzi datang dan menyapanya. 

Agni selalu berusaha datang lebih dulu sebelum Enzi datang, karena pernah sewaktu ketika Agni datang terlambat, Agni jadi salah tingkah dihadapan Enzi dan teman-teman sekantornya yang lain, harus terlihat bodoh didepan pria yang ia taksir baginya itu hal yang sangat memalukan. Karena itu Agni bertekad untuk selalu datang lebih awal agar ia bisa tetap terlihat manis dihadapan Enzi. Begitupun ketika jam memasuki jam pulang kantor, Agni selalu berusaha sampai lebih dulu diparkiran motor hanya agar Enzi menyapanya. Entahlah bagi Agni itu hal yang sudah cukup membahagiakan baginya, Agni tak pernah menyimpan keinginan untuk bisa kencan romantis dan akhirnya menjadi kekasih Enzi. 

Hanya dalam hitungan menit Enzi pun tiba dikantor dan seperti biasa ia pun melemparkan sapaan yang sama setiap paginya pada Agni “Pagi ni” sembari melempar senyuman yang menurut Agni senyuman maut yang membuatnya tak pernah bisa melupakan sosok Enzi. Dan seperti biasa juga Agni membalas dengan senyuman termanisnya sembari berkata “Pagi zi”. Hanya seperti itu setiap pagi, namun itu menjadi semangat tersendiri untuk Agni. 

Percaya atau tidak selama dua tahun mengenal dan menyukai Enzi tak pernah sekalipun mereka saling bertanya banyak, hanya sapaan setiap pagi dan ketika pulang kantor itulah yang keluar dari mulut mereka. Sekalipun bertanya paling hanya masalah pekerjaan, dan itu pun hanya pembicaraan ala kadarnya saja. Ya bisa dibayangkan mungkin bagi banyak orang itu rutinitas biasa antara teman sekantor, tapi bagi Agni itu menjadi rutinitas terindah yang diharapkannya ketika pagi datang.

Namun entah mengapa pagi ini Enzi tidak muncul juga dikantornya, Agni berfikir Enzi sakit. Setiap kali Enzi sakit dan tidak masuk kerja, entah mengapa Agni selalu merasa cemas seperti ada yang menusuk-nusuk hatinya sakit sekali rasanya. Agni tak berani bertanya pada temannya yang lain tentang Enzi yang tidak masuk kerja hari ini.

“Ni, ada titipan dari Pak Anwar tadi pagi Pak Anwar bilang kamu sepertinya sangat terburu-buru masuk kantor sampai tidak mendengar ketika Pak Anwar manggil kamu” sembari meletakkan kotak berwarna biru muda di meja kerjanya.

“Apa ini cha?” dengan wajah heran Agni bertanya pada chacha teman sekantornya itu. Dengang raut wajah yang tidak kalah herannya chacha mengangkat bahu tanda tidak tahu lalu beranjak pergi dari meja kerja Agni.

Dengan perlahan Agni membuka kotak tadi, dan menemukan puluhan surat yang tersusun rapi di dalam kotak tersebut. Diatas surat-surat itu ada secarik kertas yang dilipat dua. Dengan gemetar Agni membuka surat itu, dan mulai membacanya perlahan.
                                                                                                                                       
                                                                                                                 Minggu, 30April 2012

Dear Agni,
Hai “Pagi ni”, mungkin ketika kamu membaca surat aku ini, aku sudah tidak berada di Jakarta. Diam-diam aku mendapat promosi ke Kantor Cabang di Samarinda. Ya, mungkin berita ini tidak penting bagimu, namun bagiku ini menjadi hal yang teramat penting untuk aku beritahukan padamu. Entahlah, biasanya aku selalu rindukan pagi, pagi dimana aku bisa melihat wajah manismu disetiap paginya. Meski kita hanya bisa saling menyapa, namun bagiku kamu selalu menjadi semangat dikala aku mengawali hari. Kepindahanku ini menjadi hal yang sangat berat untukku, karena itu tandanya aku harus beranjak pergi dari lingkaran kebahagiaan yang setiap hari aku bawa dan aku jaga dalam hatiku semenjak pertama kali kita bertemu dan kamu menyapa pagiku. Sudah puluhan kali aku menulis surat-surat ini untuk kamu namun ratusan bahkan ribuan kali pula hatiku membunuh keinginan untuk menyampaikannya padamu. Namun kali ini aku sudah tidak punya waktu lagi untuk bersembunyi. Ingin rasanya berbicara banyak denganmu. Jika kamu mau kamu bisa menghubungi nomor ponsel ku, aku menaruh kartu namaku diantara surat-surat ini. Baiklah, senang mengenalmu Agni semoga ada secercah harap untukku.

Enzi Pramudya.

Sambil sesekali menghapus air matanya, Agni memburu kartu nama diantara tumpukan surat dihadapannya. Selembar kartu nama bertuliskan nama Enzi, dan tanpa berfikir panjang Agni mengambil ponselnya.

Diujung telepon terdengar suara lembut seorang pria yang sudah dua tahun dikenalinya “ Hai Enzi, selamat pagi....... "


Okty Imagine ^_^


Tidak ada komentar:

Posting Komentar