Gunung VS Wedges

Minggu, 27 Oktober 2013
Ini kisah nyata lhoo..pertempuran antara jalanan bebatuan pegunungan dan sepatu wedges. hehe
Jadi tepatnya sabtu, 26 oktober 2013 kemaren, baru 2 hari yang lalu saya, beserta ketiga teman saya yaitu, Pia, Andy, dan Tama, sama-sama pergi ke kawasan Gunung Bunder Bogor. Maksud dan tujuan kita itu untuk mengadakan survei lokasi outbond untuk acara kampus. Sebenarnya ceritanya sudah complicated dari sehari menjelang keberangkatan kita. Dari masalah susah cari tebengan, ribet masalah waktu, sampe akhirnya Pia yang harus berjuang dari bekasi, pulo gadung, tanjung priuk, sampe ke Bogor *teposs* haha. Janjiannya jam sembilan pagi tapi Pia dan Tama baru dateng jam 2 siang *jam karet* haha. 

Berangkat jam dua dari Pomad dibawah terik matahari yang menyengat kulit waktu itu, kita berempat berangkat dengan penuh rasa was-was *takut nyasar* hihi. Yaa dan bener aja ditengah perjalanan Pia dan Tama ketinggalan, kemudian sempat salah belok harusnya belok kanan dia malah belok kiri, alhasil kita harus bersabar nunggu mereka puter balik. Jam sudah menunjukan ke angka tiga, tapi kita masih belum sampai juga ke lokasi yang dimaksud. Berbekal petunjuk dari bapak-bapak tua yang bilang kita disuruh ikutin terus angkot 03 Ciapus yang ada tulisannya FATEN ( saya angguk-angguk tanda ga ngerti sebenernya waktu itu, entah apa itu FATEN yang saya tau cuma angkot 03 ajaa ) tapi akhirnyaa kita memantapkan hati untuk jalan terus. Jam sudah menunjukkan pukul tiga sore, tapi kita belum sampai juga di lokasi yang kita maksud, entah sudah berapa curug yang kita lewati, tapi Curug Pangeran yang kita maksud belum terlihat juga. 

Bertanyalah kita pada akang2 penjual bakso disekitar lokasi pernikahan, ingin mampir rasanya makan makanan gratis di tempat prasmanan, haha. Setelah bertanya kita disuruh belok kanan, ternyata jalanannya jalan tikus, mampirlah kita beli minuman dulu. Terus melanjutkan perjalanan. Dan akhirnya saya mengerti yang dimaksud Bapak tua tadi benar saja angkot yang ke arah Gunung Bunder itu ada tulisan FATEN didepannya haha. Makin keatas, makin terlihat pemandangan yang menakjubkan, berkali-kali menahan keinginan untuk foto-foto tapi setelah memasuki kawasan gunung halimun salak tepat pada batu besar kita memutuskan untuk berfoto sejenak *daripada nyesel* haha. Jam menunjukkan pukul setengah empat sore, hari makin sore dan kita pun memutuskan cepat-cepat meneruskan perjalanan sampai ke lokasi. 

Sampailah kita dilokasi Curug Pangeran. Jalanan bebatuan dan licin menyambut kita berempat, karena andy gak sanggup boncengin saya, *keberatan kali yah* saya pun turun dan memilih berjalan kaki sambil bersusah payah mengatur nafas. Sampai diatas ternyata terdapat beberapa villa ramai sekali karena sedang disewa oleh ibu-ibu PKK Kelurahan. hampir pukul setengah lima sore kita memutuskan untuk pergi ke Curug Pangeran yang di maksud, untuk sampai di air terjun dibutuhkan waktu kurang lebih 10 menit perjalanan. 

Tapi jalanannya bebatuan beberapa kali Saya dan Pia kesulitan berjalan karena kita berdua memakai sepatu wedges WOW gak nyangka sepatu wedges kita sangat menyulitkan untuk berjalan disana, kita berdua gak nyangka kalo bakal ngelewatin jalanan seperti itu, kirain cuma liat villa dan selesai. Sampai-sampai Tama keceplosan ngomong "lagian kalian udah tau ke Gunung, eh pake wedges" ahaha *nusuk*. Akhirnya sepatunya pun kita lepas dan ditenteng aja daripada jatoh, tapi saya gak tahan sakitnya nginjek bebatuan itu, saya lebih memlilih memakai kembali sepatunya, dengan resiko bakal terjatuh. Sampai juga di Curug Pangeran, iiihh baguuss airnya keliatan hijau pengen nyemplung rasanya. 

Lima menit berfoto tiba-tiba mendung datang, dan langit pun semakin gelap, kami cepat-cepat naik dan bergegas pergi ke villa. Namun hujan semakin deras, jalanan setapak itu pun semakin tak terlihat, saya yang ketakutan pun sudah gak peduli lagi dengan sepatu wedges yang saya pakai. Berkali-kali saya berteriak karena hampir terepeleset, kita saling berpegangan jalan secepat mungkin, berkejaran dengan hujan, berjuang mengatur nafas yang hampir habis rasanya. Sampai diatas ada saung yang menjual makanan dan minuman, kita pun berteduh di saung itu sambil minum teh anget dan mie rebus.

Sampai maghrib hujan baru reda, dan kami cepat-cepat pergi ke villa yang kita survei untuk ketemu sama yang empunya villa, Pak Umar namanya. Orang-orang yang sedang menyewa villa tersebut sedang bersiap untuk mengadakan acara malam itu. Kami bertanya pada salah satu panitia untuk meminta nomor HP Pak Umar setelah dapat kami pun memtuskan pulag. Dan ternyata usut punya usut pamali katanya kalau kita pergi ke Curug itu kalo udah sore soalnya jika sore suka ada air bah yang datang tiba-tiba dan pernah ada korban hiihhh sereeemm. Dan saya pun tobat deh pake wedges ke daerah pegunungan gituu, sampai rumah gak bisa tidur karena kaki pegel dan sakit-sakit semua. Dan pas paginya saya baru sadar kalo ditelapak kaki saya ada tanda biru lebam entah kena apa itu huhu :(. 

Okty Imagine ^_^

4 komentar:

  1. hahaha, perjuangan yg berat aku rasa :)
    ga kebayang pegelny pake wedges di jalan gunung begitu :(

    BalasHapus
  2. bukan pegel lagi tapi sampe lebam2 gitu kakinyaa.. -__-

    BalasHapus
  3. hehe gpp mb, demi pokjar :D
    jdi penasaran sama curug pangeran deh ._.''

    BalasHapus

Minggu, 27 Oktober 2013

Gunung VS Wedges

Ini kisah nyata lhoo..pertempuran antara jalanan bebatuan pegunungan dan sepatu wedges. hehe
Jadi tepatnya sabtu, 26 oktober 2013 kemaren, baru 2 hari yang lalu saya, beserta ketiga teman saya yaitu, Pia, Andy, dan Tama, sama-sama pergi ke kawasan Gunung Bunder Bogor. Maksud dan tujuan kita itu untuk mengadakan survei lokasi outbond untuk acara kampus. Sebenarnya ceritanya sudah complicated dari sehari menjelang keberangkatan kita. Dari masalah susah cari tebengan, ribet masalah waktu, sampe akhirnya Pia yang harus berjuang dari bekasi, pulo gadung, tanjung priuk, sampe ke Bogor *teposs* haha. Janjiannya jam sembilan pagi tapi Pia dan Tama baru dateng jam 2 siang *jam karet* haha. 

Berangkat jam dua dari Pomad dibawah terik matahari yang menyengat kulit waktu itu, kita berempat berangkat dengan penuh rasa was-was *takut nyasar* hihi. Yaa dan bener aja ditengah perjalanan Pia dan Tama ketinggalan, kemudian sempat salah belok harusnya belok kanan dia malah belok kiri, alhasil kita harus bersabar nunggu mereka puter balik. Jam sudah menunjukan ke angka tiga, tapi kita masih belum sampai juga ke lokasi yang dimaksud. Berbekal petunjuk dari bapak-bapak tua yang bilang kita disuruh ikutin terus angkot 03 Ciapus yang ada tulisannya FATEN ( saya angguk-angguk tanda ga ngerti sebenernya waktu itu, entah apa itu FATEN yang saya tau cuma angkot 03 ajaa ) tapi akhirnyaa kita memantapkan hati untuk jalan terus. Jam sudah menunjukkan pukul tiga sore, tapi kita belum sampai juga di lokasi yang kita maksud, entah sudah berapa curug yang kita lewati, tapi Curug Pangeran yang kita maksud belum terlihat juga. 

Bertanyalah kita pada akang2 penjual bakso disekitar lokasi pernikahan, ingin mampir rasanya makan makanan gratis di tempat prasmanan, haha. Setelah bertanya kita disuruh belok kanan, ternyata jalanannya jalan tikus, mampirlah kita beli minuman dulu. Terus melanjutkan perjalanan. Dan akhirnya saya mengerti yang dimaksud Bapak tua tadi benar saja angkot yang ke arah Gunung Bunder itu ada tulisan FATEN didepannya haha. Makin keatas, makin terlihat pemandangan yang menakjubkan, berkali-kali menahan keinginan untuk foto-foto tapi setelah memasuki kawasan gunung halimun salak tepat pada batu besar kita memutuskan untuk berfoto sejenak *daripada nyesel* haha. Jam menunjukkan pukul setengah empat sore, hari makin sore dan kita pun memutuskan cepat-cepat meneruskan perjalanan sampai ke lokasi. 

Sampailah kita dilokasi Curug Pangeran. Jalanan bebatuan dan licin menyambut kita berempat, karena andy gak sanggup boncengin saya, *keberatan kali yah* saya pun turun dan memilih berjalan kaki sambil bersusah payah mengatur nafas. Sampai diatas ternyata terdapat beberapa villa ramai sekali karena sedang disewa oleh ibu-ibu PKK Kelurahan. hampir pukul setengah lima sore kita memutuskan untuk pergi ke Curug Pangeran yang di maksud, untuk sampai di air terjun dibutuhkan waktu kurang lebih 10 menit perjalanan. 

Tapi jalanannya bebatuan beberapa kali Saya dan Pia kesulitan berjalan karena kita berdua memakai sepatu wedges WOW gak nyangka sepatu wedges kita sangat menyulitkan untuk berjalan disana, kita berdua gak nyangka kalo bakal ngelewatin jalanan seperti itu, kirain cuma liat villa dan selesai. Sampai-sampai Tama keceplosan ngomong "lagian kalian udah tau ke Gunung, eh pake wedges" ahaha *nusuk*. Akhirnya sepatunya pun kita lepas dan ditenteng aja daripada jatoh, tapi saya gak tahan sakitnya nginjek bebatuan itu, saya lebih memlilih memakai kembali sepatunya, dengan resiko bakal terjatuh. Sampai juga di Curug Pangeran, iiihh baguuss airnya keliatan hijau pengen nyemplung rasanya. 

Lima menit berfoto tiba-tiba mendung datang, dan langit pun semakin gelap, kami cepat-cepat naik dan bergegas pergi ke villa. Namun hujan semakin deras, jalanan setapak itu pun semakin tak terlihat, saya yang ketakutan pun sudah gak peduli lagi dengan sepatu wedges yang saya pakai. Berkali-kali saya berteriak karena hampir terepeleset, kita saling berpegangan jalan secepat mungkin, berkejaran dengan hujan, berjuang mengatur nafas yang hampir habis rasanya. Sampai diatas ada saung yang menjual makanan dan minuman, kita pun berteduh di saung itu sambil minum teh anget dan mie rebus.

Sampai maghrib hujan baru reda, dan kami cepat-cepat pergi ke villa yang kita survei untuk ketemu sama yang empunya villa, Pak Umar namanya. Orang-orang yang sedang menyewa villa tersebut sedang bersiap untuk mengadakan acara malam itu. Kami bertanya pada salah satu panitia untuk meminta nomor HP Pak Umar setelah dapat kami pun memtuskan pulag. Dan ternyata usut punya usut pamali katanya kalau kita pergi ke Curug itu kalo udah sore soalnya jika sore suka ada air bah yang datang tiba-tiba dan pernah ada korban hiihhh sereeemm. Dan saya pun tobat deh pake wedges ke daerah pegunungan gituu, sampai rumah gak bisa tidur karena kaki pegel dan sakit-sakit semua. Dan pas paginya saya baru sadar kalo ditelapak kaki saya ada tanda biru lebam entah kena apa itu huhu :(. 

Okty Imagine ^_^

4 komentar:

  1. hahaha, perjuangan yg berat aku rasa :)
    ga kebayang pegelny pake wedges di jalan gunung begitu :(

    BalasHapus
  2. bukan pegel lagi tapi sampe lebam2 gitu kakinyaa.. -__-

    BalasHapus
  3. hehe gpp mb, demi pokjar :D
    jdi penasaran sama curug pangeran deh ._.''

    BalasHapus