
Sampai pada akhirnya pangeran pun memberanikan diri bertanya, "kenapa kalian diperlakukan seperti itu". Lelaki setengah baya yang terlihat ketakutan itu hanya diam, tanpa memberi penjelasan apa pun. Lalu pangeran meneruskan kata-katanya "ada apa dengan desa ini, mengapa kalian sering terdiam, tanpa pernah tersenyum ramah satu sama lain, apa maksud dari ritual yg kalian lakukan barusan?". Lagi-lagi tak ada yang menjawab, kali ini lelaki itu hanya menatap isterinya dengan tatapan kekhawatiran. Pangeran pun mulai kesal, hingga pada akhirnya dengan lantang ia bicara "baik, aku akan pergi kesana lagi dan akan mencari tahu sendiri apa yang sebenarnya terjadi".
Dengan menunjukkan ekspresi kekesalannya pangeran pun bangun dari duduknya, lalu bergegas pergi, baru sampai pintu rumah itu, tiba-tiba terdengar isak tangis yang menghentikan langkahnya. Ternyata sang ibu itu menangis, sementara sang suami hanya bisa tertunduk kaku tak berdaya. Pangeran pun mengurungkan niatnya, lalu ia menghampiri sang ibu dengan menaruh rasa iba. Kali ini dengan nada sangat lembut pangeran bertanya "sebenarnya kalian kenapa,kenapa kalian diperlakukan seperti itu?". Kali ini sang ibu menjawab dengan nada getir "kami telah membuat kesalahan" lalu kemudian dia meneruskan tangisnya. Pangeran pun semakin penasaran kemudian dia melanjutkan tanyanya "kesalahan apa, sampai kalian diperlakukan seperti tadi?".
Kali ini lelaki setengah baya yang tadinya hanya tertunduk, mengangkat kepalanya dan berkata "kami telah melanggar sumpah yang telah kami sepakati, di desa kami semua warga tidak diperbolehkan berbicara banyak satu sama lain, baik dengan warga satu desa, atau pun dengan warga luar desa, selain itu kami juga dilarang tersenyum pada siapa pun". Pangeran makin penasaran "lalu siapa sosok hitam besar tadi?". Kami menyebutnya ksatria hitam, dia adalah jin yang sejak puluhan tahun yang lalu sudah menjadi penguasa desa kami, sejak dulu dia melarang seluruh warga desa untuk tersenyum. "mengapa seperti tu?" sang pangeran bertanya dengan penuh rasa penasaran. Menurut cerita dari orang tua kami, dulu ksatria hitam itu adalah manusia biasa bernama Putra Rajasa, dia seorang petani di desa ini, kemudian dia menikah dengan seorang gadis yang bernama Wulan Gemintang dan dikarunia seorang anak perempuan bernama Agni Rajasa.
Agni Rajasa tumbuh menjadi anak yang cantik dan cerdas, sedangkan dikerajaan san raja dan ratu sangat ingin memiliki anak perempuan, namun sampai pada usia ke pernikahan yang ke sepuluh sang raja tidak dikarunia seorang anak perempuan pun. Hingga pada suatu ketika raja melihat Agni Gemintang yang sedang asyik bermain di area kerajaan, entah mengapa raja sangat menyukai anak itu, sang ratu pun sama-sama menyukai anak tersebut. Berhari-hari raja dan ratu berdiskusi, mereka sungguh menginginkan anak itu, sungguh sangat ingin. Raja pun mengutus pengawalnya untuk menemui Putra Rajasa serta membawa anak beserta isterinya.
Datanglah Rajasa bersama isteri dan anaknya ke kerajaan, sambil berharap cemas Rajasa coba menenangkan isterinya yang sangat gugup ketika mendengar permintaan sang raja. Tak ada yang bisa menolak permintaan raja, termasuk Rajasa tapi dia tidak mau merelakan Agni ketangan raja, raja bersedia menukar Agni dengan apa pun yang Rajasa inginkan, tapi Rajasa beserta isterinya tetap tidak mau memberikan Agni pada sang Raja. Lalu, raja pun marah dan mengambil paksa Agni dari Rajasa dan isterinya. Rajasa pun tak bisa berbuat apa-apa selain merelakan Agni, hari berganti hari, tahun berganti tahun, hingga isteri Rajasa pun meninggal dunia karena penyakitnya, penyakit batin bercampur rindu yang selalu menghantuinya setiap hari.
Rajasa pun murka, dia membawa jasad isterinya ke kerajaan, sambil berteriak dia bersumpah tidak akan pernah memaafkan raja dan ratu karena perbuatannya, namun raja tidak menghiraukan dan sambil tersenyum berkata "anakmu bahagia disini bersama kami". Melihat senyum sinis sang raja Rajasa semakin marah, dia benci melihat orang lain tersenyum diatas penderitaan mereka. Namun apadaya, jumlah pengawal kerajaan yang begitu banyaknya tidak bisa mengimbangi kekuatan yang dimiliki Rajasa, akhirnya dengan gontai sambil membawa jasad isterinya Rajasa berjalan menyusuri hutan, ditemani suara petir yang menggelegar beserta hujan yang terus membasahi tubuh mereka berdua, Rajasa terus berjalan tanpa lelah, sampailah dia disebuah desa. Setelah memakamkan isterinya di desa tersebut Rajasa pun berjanji akan mengalahkan sang raja dengan cara apa pun, sejak saat itu tak penah ada gurat senyum diwajahnya..... Bersambung lagi yaa ^__^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar